Cerpen "Goresan Kisah"

Goresan Kisah

Oleh : D

            Gadis itu membaringakan tubuhnya dikasur, penat sekali rasanya seharian mengerjakan tugas kuliah yang tiada pernah habis. Rintik hujan di luar masih terdengar dengan derasnya. Jam telah menunjukan pukul 12 malam. Ingin sekali matanya memejam dan tertidur, namun ia malah membuka HPnya. Diklik nya bagian galeri, terlihat beberapa foto tentang dirinya bersama seseorang yang masih tersimpan rapi. Terlihat jelas ekspresi senyum, manyun, tertawa, konyol  dalam foto-foto itu. Pikirannya mulai melalang buana,  ia teringat sebuah kisah di masa itu.

#2018

Suasana hari itu cerah, namun terasa sejuk karena pagi. Siva bersemangat untuk memulai harinya , diikatnya sepatu dan tak lupa cium tangan kedua orang tua sebagai wujud meminta doa restu pamit pergi ke sekolah. “Berangkat dulu mah, pah doain lancar sekolahnya ya” Kata Siva dengan suara nyaringnya. Segera bergegas ia gas motor maticnya itu menuju sekolah.

Sampai disekolah, diletakkannya helm berwarna hitam dimotor dilanjutkan membenarkan posisi jilbab yang tak karuan terkena angin dijalan. Ditiup-tiupnya bagian atas jilab agar bentuknya tetap “paripurna lancip, kokoh tak tertandingi”. Dilangkahkannya kakinya yang mungil itu sejengkal demi sejengkal menuju kelas, namun dipertengahan jalan tepat didepannya sekitar 5 langkah  ia melihat Fandi juga baru berangkat. Ia pun bergegas berlari kearah Fandi.

“Fandi, tungguuuuuu…” teriak Siva.  

Secara spontan Fandi menoleh denga nagak kaget dan menghentikan langkahnya. Menatap gadis 17 tahun itu dengan senangnya.

“Astaga bikin kaget saja, tumben jam segini sudah berangkat, udah sarapan kan?” Tanya Fandi dengan nada heran.

“Udah dong, aku kan rajin wkwkw, ya peningkatan lah ada jadwal piket soalnya hihi”. Kata Siva beralasan, karena sejatinya ia berangkat pagi hanya karena ingin menyapa Fandi di pagi hari. Ia tahu betul jam Fandi berangkat sekolah.

Saat dikelas Siva seperti biasa ia memperhatikan guru dalam pembelajaran  dengan serius. Wajar saja jika Siva merupakan salah satu murid kesayangan guru, ia siswa yang cerdas walaupun sering terlambat masuk sekolah dan dihukum menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza atau hormat bendera dilapangan. Begitu pula Fandi, ia siswa yang tergolong pintar namun cuek terhadap teman, kecuali Siva, hal ini karena Siva telah menjadi pacarnya dua minggu yang lalu.

Semua guru nampaknya mulai mengetahuinya, terlebih merak satu kelas. Tak jarang Siva ataupun Fandi di goda guru. Mereka akan menahan senyum malu apabila hal itu terjadi. Siva dan Fandi dikenal sebagai pasangan sempurna yang membuat semua mata iri karena Siva cantik, Fandi juga terkenal ganteng.

Tak terasa pikiran yang melalang ke masa lalu itu membuat matanya berkaca-kaca. Segera dikedipkannya matanya dan diusapnya dengan  tangan kirinya secara cepat agar tak ada air yang menetes. Sedangkan tangan kanannya masih   memegang Hp nya.

“Hey ayok pulang, ngapain masih dikelas pacaran mulu nih” Ucap Valen  sekelas Siva dan Fandi yang melihat pasangan  itu masih betah dikelas.

“Ini lagi nugas, aku gapaham Len makannya suruh bantuin Fandi” Jawab Siva tegas.

“Yaudah deh, aku duluan ya jangan lama-lama dikelas entar ketahuan guru dikira macam-macam lho.” Ucap Valen memberikan saran.

“Ok  Len santai aja , ini juga masih ada Rama, Malik, dan anak- anak yang nunggu ekstrakurikuler kok.” Jawab Fandi dengan muka cueknya.

Siva dan Fandi mengerjakan tugas sembari bercanda. Terutama Siva, anak itu memang terkenal konyol dan humoris,  membuat Fandi tak dapat memahan tawa. Terlebih Siva anaknya pendek, pipi chubby, kulit putih, mata bulat, dan peseknya  membuatnya seperti anak SMP yang menggemaskan. Hal ini berbeda jauh dengan Fandi yang tinggi, mancung, mata sipit karena keturunan Chinese, namun sama-sama putih.

“ Foto yuk! Kita belum pernah foto bersama deh kayaknya.” Ajak Siva dengan muka cemberut.

“ Yaudah iya, mau pake HP  siapa nih, kayaknya punyamu aja.” Jawab Fandi mengiyakan pacarnya itu.

“Satu, dua, tiga, ganti gaya, ulang, sekali lagi, ih jelek akunya” merupakan kata kata mereka saat bersua foto bersama. Hingga tak terasa galeri HP mulai terisi banyak foto dan kelas sudah mulai sepi, sehingga mereka memutuskan untuk pulang.

“Sampai ketemu besok ya Siva” Ucap Fandi sebagai tanda perpisahan di hari itu.

“Siap, hati- hati dijalan hihi.” Balas Siva dengan tersenyum.

#2019

Hari demi hari, mereka lewati tak terasa tahun telah berganti menjadi 2019. Tak jarang teman sebangku Siva dibuat bete dengan ulah Fandi yang selalu ingin berada didekat Siva sahabatnya itu. Siva berangkat sekolah juga sering diantar, sehingga pulang bersama Fandi walau rumah mereka beda arah. Fandi yang terkenal jutek ternyata menjadi sangat bucin kepada Siva. Membuat cewek – cewek di sekolah itu heran, dan merasa Siva beruntung mendapatkan Fandi yang terkenal ganteng, pintar main basket, dan berkarisma.

Tak sampai disitu, bahkan sering ketika weekend mereka menyempatkan jalan berdua, bermain seperti anak muda lainnya, setelah itu makan bersama dan tak lupa bersua foto. Meski begitu Siva yang terkenal pintar sering membawa buku -buku untuk belajar ketika pergi bersama Fandi. Sehingga tak hanya bermain, namun mereka juga belajar bersama demi SBMPTN dan Ujian STAN nanti. Ya, keduanya sama – sama ingin lulus salah satu ujian itu atau bahkan keduanya.

Gadis 19 tahun itu tak kuat menahan air matanya yang membasahi pipinya, manakala melihat foto pertama  Siva yang difotokam Fandi dikampus impiannya. Terlihat jelas raut wajah gembira Siva setelah ia gagal SBMPTN namun lolos jalur Mandiri, dan itu tak luput dari dukungan Fandi dikala Siva mulai merasa ingin menyerah. Berbeda dengan Fandi yang lebih dulu diterima di jalur SBMPTN walau dikampus yang berbeda dengan Siva. Namun yang terjadi jauh lebij dari sekedar itu. Ternyata Fandi juga diterima di STAN, dan tidak dengan Siva yang kurang satu point pada ujian tertulisnya.

Rasa cemas, takut akan jauh dengan Fandi mulai menyelimuti hati Siva. Ia sangat ingin Fandi mewujudkan impiannya walau ia tak sanggup menjalani hubungan LDR. Namun dengan kekuatan hati Siva akhirnya, ia meminta Fandi memilih STANnya.

“Jangan khawatir, Aku akan jaga diri dan hati Siva, percaya sama Fandi ya,” Ucap Fandi di stasiun kereta  yang sebentar lagi akan membawanya ke Bintaro.

“Iya, hati- hati ya bang.” Jawab Siva dengan terisak kepada  Fandi yang dipanggilnya Babang.

Akhirnya LDR mereka jalani, Siva dan Fandi sering melakukan Video call sebagai upaya melepas kerinduan. Hingga tepat tiga bulan mereka LDR. Fandi mengatakan ke Siva bahwa ia sibuk. Ia mulai berubah jarang menghubungi Siva. Siva tak masalah  dengan itu, karena ia percaya kepada Fandi sepenuhnya.

Gadis itu memencet tombol tempat sampah pada sebuah foto, ia ingin menghapus foto itu, namun  tak sanggup. Ia urungkan niatnya itu. Kemudian ia bangun, berjalan menuju meja kamar dan mengambil tisu diatasnya. Mukanya sudah merah, matanya sembab sekali.

“Kita udahan saya ya Siva, tolong relakan Fandi.” Ketik Fandi di WhatApp.

Siva yang sudah menunggu balasan Fandi dari semalam, mematung ketika membaca pesan singkat itu. Tak percaya dengan apa yang dibacanya. Tak ada ekspresi dari wajahnya, namun air mata mengalir dengan deras begitu saja membasahi pipi chubby nya.

Ya, Fandi memutuskan Siva dengan alasan tak jelas. Siva menebak bahwa mungkin ada wanita lain yang Fandi sukai disana. Namun Fandi mengelak hal itu. Siva pun menjadi sangat terpuruk, depresi, kehilangan seseorang yang dianggapnya sahabat, abang, dan pacar itu. Bahkan Fandi sampai memblokir semua media sosial Siva dengan alasan terganggu dengan spam pesannya.

“Yaudah, aku tidak akan mengganggu kamu lagi, terimaksih untuk semuanya.” Ketik Siva melalu direct message instagram untuk terakhir kalinya. Ia tau tak ada yang bisa diharapkan lagi dari Fandi. Fandi sudah tak peduli dengan Siva, dan Siva harus menerima kenyataan itu.

Setelah membasuh air matanya dengan tisu, ia mulai mengehentikan tangisannya, namun ia teringat ketika dibulan Agustus 2019. Kala itu dirinya sudah mencoba move on. Tetapi tiba -tiba ada seorang ibu yang mengirimi pesan di instagramnnya dan mulai bercerita.

“Apakah kamu kenal Fandi?”. Ketik ibu itu.

Siva membacanya dengan heran, siapa ibu itu. Jelas bukan ibu Fandi. Ia pun membalasnya. Kemudia ibu itu meminta nomor WhatApp Siva dan mulai menelponnya. Ternyata ibu itu adalah ibu sesosok wanita yang didekati Fandi. Ia menelpon Siva hanya untuk mengetahui apakah benar Siva mantan Fandi, dan bagaimana sikap Fandi sebenarnya.

“Hallo, hallo Siva, bisa dengar suara Ibu?.” Tanya ibu itu ketika tak didengarnya suara Siva lagi.

Siva tak sanggup meneruskan telepon itu, karena sekarang ia tahu bahwa Fandi memutuskannya memang demi wanita lain. Hatinya kembali terisak, walau ia merasa bersyukur telah ditunjukan oleh Tuhan alasan Fandi memutuskannya selama ini. Namun tetap dijawabnya telepon itu tanpa menjelek-jelekan Fandi. Siva gadis yang kuat.

Dipencetnya menu home di HP nya dan ia mulai membaringkan tubuhnya lagi. Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 01.00 malam. Ia bergegas untuk tidur, menyambut pagi demi pagi dengan luka yang masih tersisa bekasnya. Dengan kenyataan bahwa tak ada Fandi lagi dikehidupannnya. Ia hanya singgah bukan sungguh. Biarkan menjadi sebuah goresan kisah dimasa lalu.

 

Cerpen "Goresan Kisah" Cerpen "Goresan Kisah" Reviewed by HIMA PGSD KAMPUS WATES on Rabu, Juni 30, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar



Image Link [https://2.bp.blogspot.com/-70DYF-Z-kJQ/Wlc9sn-yudI/AAAAAAAABJE/owmQBtX5Oq4YogpY1VQxwBwFPgv6sQnsQCLcBGAs/s1600/HIMA.png]

Author Name [HIMA PGSD UNY Kampus Wates]

Author Description [Organisasi yang memfasiitasi mahasiswa PGSD UNY Kampus Wates untuk mengembangkan softskill maupun hardskill-nya]



Facebook Username [#]

Twitter Username [pgsdwates]

GPlus Username [#]

Pinterest Username [#]

Instagram Username [pgsdwates]