Kisah Cinta Sesaat Tapi Sesat
Kisah Cinta Sesaat Tapi Sesat
----
Pernah merasa kecewa oleh seseorang? Pernah merasa terkhianati? Pernah merasa dibohongi? Ya hal itu aku alami sekarang. Perasaan-perasaan itu muncul karena aku merasa memiliki. Bahkan terlalu bodoh untuk menganggap dia adalah milikku. Kisah ini aku tulis sebab ada sebuah perasaan yang ingin aku tuangkan dan lebihnya aku tidak ingin ada seseorang mengalami apa yang aku alami.
Dalam suatu kisah cinta akan ada masa dimana dua insan saling berbagi, memenuhi setiap waktu kosong bahkan tanpa disadari waktu termakan oleh hal-hal yang dua insan tersebut lakukan bersama. Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh aku dan dia. Hingga puncaknya dia mengatakan beberapa kalimat seperti ini: “aku bakal sama kamu terus kok”, “kita sampai tua bareng ya”, “aku beneran serius sama kamu”. Kalimat itu seperti oase dipadang gurun kejombloan. Hujan di masa kering rasa sayang. Dan musim semi setelah musin dingin perasaan. Ya masa itu datang, kami habiskan waktu itu untuk berdua kemanapun kami ingin atau jika tak bertemu cukup dengan saling balas pesan via WA. Biasa juga kami telepon berjam-jam sampai HP panas disertai telinga panas dibarengi tenggorokan kering sampai bibir pecah-pecah.
Lalu, masa paling klimaks dalam cinta itu memudar. Oase mulai mengering, hujan berhenti dan musim musim semi berganti musim panas yang menyengat. Bahkan masa itu juga aku lewati dan berjalan terlalu cepat. Dia tiba-tiba menghilang tanpa kabar, dichat tidak dibalas, di telfon tidak diangkat, dicari kabar katanya lagi sibuk dan setelah dapat kabar katanya dia lagi pengen sendiri. Hingga suatu ketika tak sengaja bertemu dikemudian hari tiba-tiba dia bersama seseorang yang aku tidak kenal. Mesra dan mengahncurkan jiwa seketika. Sungguh kampret.
Kisah ini dimulai dari notif aplikasi Instagram. Memang ada beberapa orang iseng bomb like post-post di IG. Seperti halnya dia, tapi menurutku bukan iseng karena kami kenal jauh saat kami masih Maba didalam suatu kegitan fakultas yang sama. Karena menurutku memberi “like” pada post-post IG adalah suatu tindakan yang baik. Maka dari itu aku membalas semua like yang dia berikan. Nah, sebab inilah kami mulai berhungan via DM dan berlanjut via WA.
Dari DM mulanya hal-hal yang biasa aja sampai akhirnya tanya-tanya tentang statusnya. Karena dikarena temenku bilang dia sudah ada yang punya. Jadi sedikit tidak enak jika mau mendekati seseorang yang sudah memilki hubungan. Masa iya saya jadi Pecewor (Perebut cewek orang). Alhamdulillahnya dia ternyata habis putus sudah hampir sebulan lagi. Lalu, mulailah pilihan sesat pertama mulai. Memang seharusnya aku tidak mendekati dia karena baru saja putus. Tapi kenekatan yang dibarengi oleh rasa klop yang tumbuh dan terjalin. Nawaitu. Akhirnya dia aku sikat (deketin dengan rayuan gombal-gombal teles urung dijemur)
Sebagai seorang lelaki sejati atau pejantan berprinsip. Aku juga punya memiliki “tidak akan mendekati seseorang yang sudah memiliki hubungan”. Ini sih sudah tertanam dari lama. Prinsip yang terbentuk oleh pengalaman-pengalaman yang pernah di alami.
Lanjut kembali ke cerita.
Memang permulaan pendekatan biasa aja tapi lama kelamaan (dalam hitungan hari) tapi entah mengapa kedekatan itu menjadi sangat amat. Mulai dari chat-chatan yang nyambung dan dia yang ngechat duluan. Telfonan berjam-jam, dia juga yang mulai. Vidcall juga dia yang mulai. Semua hal dia yang memulai dan kita akhirnya meet up (ketemuan).
Ketemu pertama cuma maen di sekitar kampus. Dilanjut jalan-jalan dengan motor boncengan keliling kota Jogja. Pertemuan kedua di Malioboro, tempat istimewa, tempat pencarian makna, atau hanya berselfie ria. Pertemuan terakhir menemani dia mengerjakan tugas di tempat nongkrongnya.
Hal yang membuat aku betah dan sangat nyaman dengannya hingga rasa memiliki itu muncul karena beberapa hal: pertama. ngobrol sama dia itu nyambung tidak perlu memberikan penjelasan. Kedua, saat aku bercerita ke dia sangat nyaman, walaupun di sela cerita dia malah yang bercerita. Ketiga, menghabikan waktu bersama dia membuat diriku mejadi semangat lagi. Ya hal-hal tersebutlah yang membuat aku nyaman terhadapnya. Hingga hari-hariku terfokus ke dia dan mengaburkan segala hal yang berhubungan dengan jadwal yang sudah kubuat dengan begitu mantap dan ajib.
Mecintainya memang membuat bahagia. Hingga pada saatnya semua sirna diganti dengan kecewa. Dasar cinta. Memang saat itu aku menjadi “bucin” sebenar-benarnya. Bagaimana tidak, dia mengatakan beberapa kalimat seperti ini “aku nggak akan ninggalin kamu kok”, “aku pengen serius sama kamu”, “Cuma kamu yang bisa ngertiin aku nggak kayak dia”. Nah kata-kata terakhir itu yang bikin lelaki manapun bakal bangga dengan dirinya dan menganggap bahwa dirinya hebat. Padahal itu bullshit, Cuma omong biasa.
Dan titik balik dari kisah cinta sesaat ini dimulai ketika dia bertemu kemali dengan mantannya. Dia bercerita bahwa mantannya sampai nangis minta balikan lalu katanya dia tidak ingin balikan dengan berbagai alasan. Yang akhirnya bullshit juga
Lama-kelamaan setelah pertemuannya dengan si mantan tersebut, dia sering menghilang tidak memberi kabar yang bahkan sebelumnya dia yang selalu mulai untuk mengirim pesan duluan. Nah tanda-tanda ini juga berlaku bagi siapapun kalian para lelaki atau perempuan. Saat kalian sedang mendekati seseorang dan tiba-tiba dia mulai menghilang berarti ada seseorang yang dia perhatikan dan itu bukan di kamu.
Hal ini berlanjut hingga pada akhirnya aku bertanya mengapa. Jawabnya dia sibuk dengan tugas. Oke aku maklum, tapi kenapa harus sampai tidak memberikan kabar? Sungguh aneh. Ya aneh karena biasanya tanpa ditanyapun dia memberi kabar.
Kecurigaan itu mulai tumbuh saat aku mempenyai keinginan untuk bertemu dengan dia dan tidak diperbolehkan. Padahal saat masih sayang-sayangnya dan dia kangen karena Cuma beberapa hari tidak bertemu, aku disuruhnya ke “Karang Malang” padahal perjalanan 1 jam. Nah waktu ditelfon juga, jawabnya tidak seantusias biasanya. Whats wrong with her? She is mad to me? Why?
Beberapa pertanyaan mulai bermunculan. “Wahai wanitaku, kenapa kamu begitu?. Adakah yang selah dengan daku hingga kamu perlahan menjauh?” (kalimat tadi berlebihan). Hingga akhirnya aku mememutuskan untuk menemuinya tanpa seizin dia. Sebab saat pagi harinya aku tidak dibolehin juga bertemu. Katanya “aku pengen sendiri, nggak mau diganggu” WHAT? Diganggu? Sekarang aku jadi penganggu? Aku sekuat tenaga menahan marah dan berpeikir jernih mungkin lagi periodenya.
Aku merencanakan membuat kejutan ke dia, aku berangkat ke “KM” selepas “magriban” dan tiba disana “isya”. Kubeli beberapa hadiah, “mungkin dia sedang tidak mood” pikirku. Sudah selesai semua kubeli. Ku hampiri ke kosnya. Ku tunggu lama tak muncul, kucari motornya juga tidak ada. Akhirnya ku telfon dia. Panggilan masuk tapi tidak di angkat. Khawatirlah aku.
Lama, akhirnya chatku dia balas “kamu temuin temenku aja, aku lagi nggak pengen di ganggu”. Why saudara-saudara? Salahkah aku?. Kubalas pesan itu “aku nggak mau ketemu temenmu aku pengen ketemu kamu”. Kutelfon kembali dan diangkat tapi “suara cowok”.
Disitulah puncak segala kekecewaan.
Pecahlah aku.
Coba nggak dijalan buk, jadi setan diriku.
Istiqfar sebanyak mungkin, mencoba untuk sepositif thinking mungkin. Mengingat semua kenangan manis bersamanya, wajah manis dengan senyuman istimewa, cerewetnya yang membuat kangen.
Hal itu sirna saat dia kembali dengan seorang lelaki yang tidak kukenal. Dekat, begitu dekat. Kecewa iya. Marah iya. Sedih iya. Kutanya siapa jawabnya “mantan”
“Jsizajwgyqn x bgst”
Itulah gambaran perasaanku waktu itu. Ingin berbicara banyak waktu itu ke dia, menganih janji-janji yang dia ucapkan, yang katanya tidak akan berbalik, tidak akan menemui mantannya, tidak akan berbohong, selalu bersama denganku.
Aku ingin berbicara banyak, ngobrol banyak tapi dia menghindar. Seperti tidak punya rasa bersalah sama sekali dengan sikap dan perilakunya. Disitulah pertama kali aku merasa sangat kecewa dengan seorang perempuan. Perempuan yang aku kira akan menjadi teman hidup hingga tua nanti. Perempuan yang selalu menjadi penyemangat dalam mencapai target-target besar dalam hidup dan penghibur saat aku mulai jengah dengan segala ujian.
Pada akhirnya kecewa yang tersisa. Mengacaukan apa yang telah disusun.
Aku baru tersadar bahwasanya memang benar apa yang dikata banyak temen yang bilang bahwa dia memang banyak dekat dengan lelaki. Pernah juga diceritakan temanku sendiri jadi korbannya. Tapi mana aku percaya, saat itukan aku sedang mencinta. Yaaa sudahlah.
Dan pada akhir kisah ini sama seperti lagu dari GUYON WATON “Korba Janji”.
Tanpo welas koe lungo biyen kae
Raono mesakne aku sitik wae
Ngaboti tersno “lawasmu”
Lalu kau tinggalkan aku
Tersakiti sendiri di malam itu
Koe lungo pas aku akung-akunge
Tanpo pamit koe ngadoh ngono wae
Aku ra ngerti salahku
Dan kau campakkan diriku
Bersanding dengan kekasih “lawasmu”
Abot tak trimo nganti ikhlas legowo
Sing tak arep koe ra disio-sio
Ben cukup mung aku korban janji manismu.
Diakhir cerita ini aku banyak mendapat pembelajaran. Pertama, jangan pernah mendekati seseorang yang baru putus, takutnya cuma jadi pelarian. Kedua, jangan mudah memutuskan untuk jatuh cinta pada seseorang yang baru kalian kenal. Ketiga, untuk semua orang yang membaca ini, termasuk aku sendiri, jangan bermain-main dengan perasaan karena itu sangat jahat. Terakhir, tetaplah berbuat baik walaupun yang mendapat sakit.
Written by identitas_nol
Kisah Cinta Sesaat Tapi Sesat
Reviewed by HIMA PGSD KAMPUS WATES
on
Minggu, Januari 13, 2019
Rating:
Tidak ada komentar