Cerpen "Kuncup itu Akhirnya Merekah"

 

Kuncup itu Akhirnya Merekah

Nama    : NUR FADHILAH

Tempat : CIMAHI

Waktu   : 22 SEPTEMBER 2021

 

            Suara riuh angin terdengar kencang di telinga. Dedaunan seolah menyapa, langit berubah semakin gemerlap. Para siswa berseragam putih abu-abu pun segera menaiki bis yang sudah ditunggu 15 menit yang lalu. Seperti biasa, bis sore hari selalu penuh sehingga mereka pun harus berdiri. Selya dan Nindya berdiri berdekatan tepat di belakang Ezra dan Kayla. Pemandangan yang cukup membuat hati Nindya tesayat-sayat. Ezra dan Kayla chatting-an dan saling pandang memandang. Tak terasa bulir air mata Nindya terjatuh perlahan diiringi dengan turunnya hujan seolah alam pun ikut merasakan perasaan hati Nindya.

“Nin, kamu kenapa ?” tanya Selya kepada Nindya

“Tidak apa-apa ini hanya kelilipan saja,” jawab Nindya

“Kamu enggak sakit kan?” tanya Selya memastikan

“Enggak kok, aman”

Tak terasa bis pun sudah sampai membawa mereka ke tempat tujuan. Para penumpang bis turun disambut dengan berkumandangnya adzan magrib. Sesampainya di rumah, Nindya segera mandi dan bersiap-siap untuk mengerjakan tugas sekolah.

Berkali-kali handphone Nindya berbunyi, ternyata Selya yang meneleponnya menanyakan tentang kejadian di bis tadi. Ya, Selya memang sejak lama mengetahui bahwa Nindya mengagumi Ezra dari sejak awal MOS (Masa Orientasi Siswa). Akhirnya Nindya pun bercerita kepada sahabatnya itu bahwa dia bukan kelilipan, tetapi itu adalah bulir air mata yang mewakili suara hatinya. Ya, menjadi penggemar rahasia adalah cara Nindya mengaguminya.

***

            Suara ayam berkokok menyambut datangnya pagi hari. Nindya terbangun dari tidurnya yang lelap. Dia berharap hari ini tidak lagi ada bulir air mata yang terjatuh dipipinya. Tak lama kemudian handhphone berdering tanda pesan whatsapp masuk, ternyata pesan dari Faris, dia mengingatkan agar Nindya tidak  lupa untuk membawa perlengkapan kemahnya dan ingin meminjam senter kepadanya. Ya, Faris adalah salah satu teman dekatnya dan hari itu akan ada agenda kemah bareng teman sekelas.

Para siswa kelas 12 IPA sudah tiba di sekolah lebih pagi dari biasanya untuk segera bergegas menuju perkemahan. Perjalanan yang cukup jauh hingga tiba di perkemahan tepat pukul 11 siang. Setelah solat zuhur, mereka pun segera mendirikan tenda dan makan siang bersama. Tidak ada agenda khusus di siang hari sehingga para siswa masih bebas melakukan kegiatan hingga tak terasa matahari sudah tenggelam menyembunyikan sinarnya. Rembulan hadir menampakkan keindahannya pada dunia. Acara api unggun pun segera digelar ramai-ramai.

Dinginnya malam terselimuti oleh hangatnya api unggun. Nindya berharap malam  itu akan menjadi malam yang dipenuhi kebahagiaan bukan kecemburuan. Rangkaian acara pun dimulai dari sambutan hingga permainan truth or dare. Mumpung masih awal acara, Selya mengajak Nindya untuk mengisi air minum yang tempatnya di dekat tenda cowok.

Hanya baru terisi seperempat botol, isi galonnya sudah habis sehingga perlu mengangkat galon yang baru lagi. Seorang pria bersepatu biru, memakai celana hitam dan berkemeja abu-abu  itu  tiba-tiba berada di depan mereka. Hati Nindya berdebar tidak karuan setelah tersadar ternyata yang sekarang berada di hadapannya itu adalah Ezra. Sesosok pria yang dia kagumi selama ini.

“Sudah habis yah isi galonnya? tunggu sebentar ya saya ambilkan yang baru,” ucapnya

“Iya Ez, terimakasih,” jawab mereka kompak.

Kebaikan dan ketulusannya selalu terpancar dalam dirinya, maka tak heran jika banyak orang-orang yang mengaguminya. Semilir angin menyelimuti tubuh mereka. Setelah botol minum terisi penuh, mereka bertiga segera berjalan menuju tempat api unggun. Rembulan malam itu sangat indah seolah ikut tersenyum bahagia mengiringi bunga-bunga yang bermekaran dalam hati Nindya.

Mereka menikmati serangkaian acara demi acara hingga tiba di penghujung acara yaitu game truth or dare yang pada saat itu sedang tranding topic. Permainan dimulai dari mengestafetkan kertas sambil bernyanyi. Setelah beberapa kali putaran, akhirnya kertas tersebut berhenti di Faris. Dia memilih dare dan teman-teman yang lain memberi tantangan. Tantangan yang terpilih adalah menyatakan perasaan ke cewek yang disukai menggunakan puisi di depan teman-teman.

Siapa sangka ternyata cewek tersebut adalah teman dekatnya sendiri. Ya, Nindya adalah orang yang selama ini Faris kagumi. Seketika semua heboh dan Nindya terkejut. Lalu, dia pergi dengan meninggalkan senyuman tanpa memberikan jawaban pasti. Selya mengikuti langkah kaki Nindya yang begitu cepat.

“Kenapa kamu enggak memberi jawaban pasti?” tanya Selya penasaran.

“Aku menjaga perasaan dia karena kalau aku tolak, dia pasti malu di depan teman-teman dan aku juga kecewa dengan Faris. Ternyata selama ini dia mendekatiku karena ada maksud tertentu,” jawab Nindya

“Yang sabar ya Nin, semuanya pasti ada hikmahnya.”

Setelah selesai acara kemah, Nindya langsung chat Faris untuk memberi jawaban pasti dengan meminta maaf bahwa dia belum bisa lebih dari teman. Selang beberapa hari bahkan sampai satu pekan, Faris tidak masuk sekolah karena sakit. Perasaan rasa bersalah berkecamuk dalam hati Nindya. Setelah satu pekan tidak ada komunikasi, akhirnya dia memberanikan diri untuk membuka percakapan dengan Faris melalui chat. Walau hanya sekedar menanyakan kabar sebagai bentuk perhatian seorang teman.

2 bulan kemudian, acara perpisahan digelar. Beberapa siswa sudah diterima di berbagai universitas impiannya. Nindya dan Faris mendapat beasiswa kuliah di Istanbul University. Selya lolos SNMPTN di UNPAD dan Ezra di ITB. Ezra sebagai siswa teladan dengan prestasi terbaik menjadi perwakilan para siswa untuk membacakan pidato, kesan, dan pesan di depan para penonton. Tak terasa bulir air mata menetes di wajah Nindya beriringan dengan kata demi kata yang disampaikan oleh Ezra. Seseorang yang dia kagumi dalam diam akan segera berpisah. Haru dan bahagia terlukiskan di wajah mereka. Melepas kenangan indah bersama teman-teman untuk memupuk kerinduan yang akan dituai pada masanya.

***

Walau Nindya dan Selya tidak berbarengan lagi, tetapi mereka masih saling bertukar cerita. Kuliahnya Nindya di luar negeri sebagai salah satu bentuk usaha dia untuk melupakan Ezra. Oleh karena itu, tak ada lagi pembahasan tentang orang tersebut.

Nindya dan Faris berkuliah di kampus yang sama yaitu  Istanbul University, namun di fakultas yang berbeda. Faris masih terus berusaha untuk mendapatkan cintanya Nindya tanpa memberanikan diri untuk meminta restu dari orangtua Nindya. Padahal Faris tahu bahwa Nindya memiliki komitmen untuk tidak berpacaran sebelum halal.

Nindya risih sekaligus kesal karena selalu terpenjara oleh perasaannya sendiri. Dia belum siap untuk mengisi hatinya dengan orang yang belum pasti menjadi miliknya. Nindya terus berdoa agar bisa bertemu dengan orang yang tepat dan diwaktu yang tepat.

Pada akhirnya Faris memahami Nindya yang saat itu hanya ingin fokus belajar untuk mengejar mimpi di garis hidupnya masing-masing. Nindya dan Faris tetap berteman biasa dengan segala bentuk perhatian sebagai teman yang saling support.

Beberapa tahun kemudian, mereka menjadi mahasiswa tingkat akhir yang sedang proses mengerjakan skripsi. Selain itu, mereka juga disibukkan untuk mengikuti berbagai kegiatan seminar internasional sebagai persyaratan kelulusan. Di sebuah acara seminar internasional yang diselenggarakan di Istanbul University. Nindya bertemu dengan seseorang yang selama ini sudah hilang dari pandangannya. Waktu terasa berhenti sejenak, dia tarik nafas dan menjawab sapaan dari Ezra yang memanggilnya dari jarak yang tidak terlalu jauh.

Acara seminar selesai sore hari, mereka pun pulang bersama sambil berjalan menikmati indahnya kota Istanbul dan bercengkrama tentang pengalaman selama perkuliahan, bahkan tentang perjalanan hijrahnya Ezra.

“Mengapa kamu bisa ke Turki untuk mengikuti seminar internasional?” pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Nindya

“Karena diminta oleh dosenku untuk menjadi perwakilan dari mahasiswa ITB agar dapat mengikuti seminar internasional ini, tanpa berpikir panjang aku langsung mengambil kesempatan ini,” jawab Ezra.

Masya Allah,” jawab Nindya sambil tersenyum

By the way, bagaimana hubunganmu dengan Faris sekarang?” tanya Ezra penasaran

“Tidak ada hubungan apa-apa. Dari dulu kami hanya berteman biasa. Maaf ada apa ya?”

“Aku hanya memastikan saja,” jawab Ezra dengan singkat.

Tak terasa hari sudah semakin sore, mereka pun mengunjungi Masjid Hagia Sophia untuk melaksanakan solat magrib terlebih dahulu. Tidak ada pembicaraan yang serius di antara mereka. Bahkan Ezra pun keesokan harinya harus pulang ke Indonesia karena ada jadwal sidang skripsi.

Rasa yang dulu tiba-tiba bersemi kembali, setelah bertahun-tahun dia baluti dengan kenangan indah di negara dua benua ini. Sepekan kemudian, wketika matahari hendak terbenam di ufuk barat, Nindya mendapat telepon dari orangtuanya bahwa ada seorang pria yang datang ke rumahnya untuk meminang Nindya menjadi pendamping hidupnya.

Nindya hanya bisa menelan ludah, ketika mendengar nama yang disebut adalah orang yang dia kagumi selama masa putih abu-abu. Ya, Ezra adalah orangnya. Hanya dalam hembusan nafas sejenak dan tanpa berpikir panjang, atas izin Allah Nindya bersedia menerima tawaran tersebut yang diucapkannya melalui telepon seluler.

Semburat cahaya langit di sore hari seolah tersenyum mengetahui isi hati, semesta ikut bahagia menyambut segala harapan di masa depan. Sore itu, Nindya langsung menghubungi Selya untuk memberitahu tentang kabar gembira ini. Selya pun bercerita bahwa 2 hari yang lalu, Ezra meminta alamat rumah Nindya dan meminta untuk tidak memberi tahu Nindya tentang hal ini.

Mereka pun berencana melangsungkan pernikahan setelah Nindya selesai sidang skripsi. Faris sebagai teman dekatnya Nindya juga mengetahui hal ini dan mendoakan yang terbaik. Dengan segala ujian yang mereka lewati dalam mempersiapkan pernikahan, akhirnya 3 bulan kemudian mereka menuju pelaminan untuk melangsungkan pernikahan. Hari bahagia yang belum pernah terbayangkan oleh Nindya sebelumnya, bisa berdampingan dengan orang yang selama ini berusaha dia lupakan. Bak mimpi yang berubah menjadi kenyataan. Terlukiskan senyum kebahagiaan dari wajah mereka. Cinta dalam diam memang indah, walau hanya bisa dinikmati sendiri hingga memiliki kekuatan cinta yang kokoh dan saling terikat di waktu yang tepat. Tentunya, atas izin Allah SWT.

Cerpen "Kuncup itu Akhirnya Merekah" Cerpen "Kuncup itu Akhirnya Merekah" Reviewed by HIMA PGSD KAMPUS WATES on Sabtu, Oktober 30, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar



Image Link [https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrL6cvoVYuq-zfNdhNa8dZztuGRi8M5lJ56D19m_jLXvJq9vT4dtXftukU6YJW6t35aKqlyckcrgJXOR_M13yXg5cqM9uXiOcCTaOblTUpvuS-yRoQdkrOxRsS4ZlFCIW8i2tzDK2sA1c/s1600/HIMA.png]

Author Name [HIMA PGSD UNY Kampus Wates]

Author Description [Organisasi yang memfasiitasi mahasiswa PGSD UNY Kampus Wates untuk mengembangkan softskill maupun hardskill-nya]



Facebook Username [#]

Twitter Username [pgsdwates]

GPlus Username [#]

Pinterest Username [#]

Instagram Username [pgsdwates]